Sabtu, 28 Mei 2016

Financial Legend Dream

Kencan Uang
(Part 1)

Halo semua, setelah lama tidak aktif dalam dunia tulis menulis. Semoga pembaca selalu diberikan kesehatan dan keberkahan. Ingin sedikit bercerita, setelah semalam melakukan ritual nonton sama suami, kami memilih film Money Monster, saya malah bukannya terpikir untuk membahasnya. Tapi perjalanan dramatis sepanjang jalan di setiap outlet Plaza Senayan.  (Money Monster insyaAllah akan saya bahas dalam tulisan setelah ini, hehe. Karena ini lebih penting.  Why?




Oke, karena dimana mana dihiasi SALE!!!, Diskon, Diskon 50%, Diskon50% + 20%. What? Diskon tambahan menggunakan kartu kredit bank A, debit bank B, diskon poin dan yang lain lain. Atau diskon makanan beli donat,cupcakes, tea, coffee, hingga mendoan. Dan herannya selalu di serbu ramai pengunjung.  Bagi pandangan teman saya, seorang ekonom muda, konsumtif adalah denyut nadi perekonomian bangsa. Oke, boleh jadi benar, tapi tidak selalu benar, konsumtif yang benar akan lebih pas ketika tau situasi. Yang menjadi masalah adalah, siapakah “sang konsumtif” ini??? Yang berkecukupan atau yang pas pasan??? Atau malah yang berkekurangan??? Hehe…. Mari kita bahas satu satu.

1.  Diskon

Diskon diskon diskon… Demam diskon sudah biasa memang menjelang lebaran di Indonesia ini. Tapi jangan harap harga yang kalian dapatkan adalah harga selalu pantas. Karena apa? HPP (harga pokok produksi) dari tiap produk itu pun masih sangat murah dibanding harga jualnya. Masa? Ya, saya pun melakukannya, memproduksi barang tapi tak setinggi margin barang barang bermerk di outlet mall. Hehe.  

Terbukti ketika saya mengunjungi salah satu merk sangat terkenal, saya menanyakan harga tas dan bahannya. Berapa harganya? Dari segi model sangat istimewa untuk selera saya, bahannya? Not really good, kulit imitasi dengan sentuhan kuningan yang dengan sedikit cacat di ujung nya, diskon dari harga 3,6 juta menjadi 1,2jt. Apa? 1,2 juta untuk bahan kulit imitasi yang tak mulus. Saya jamin, tidak akan menunggu satu tahun, kulit dari tas ini akan mengelupas karena sebagian besar barang diskon adalah stock lama yang telah lama disimpan di gudang.

Tapi herannya, beberapa orang dengan suka cita membelanjakannya. Meskipun saya yakin, setelah 
membelinya sebagian dari mereka tersadar telah melakukan kesalahan. Dan ketika musim diskon yang lain datang, mereka akan melakukan kesalahan yang sama. Lalu apa masalahnya? Masalahnya adalah di perilaku belanja masyarakat kita. Kog bisa? Karena banyak diantara kita belanja bukan karena butuh, tapi suka dan godaan diskon. Ditambah kartu kredit dimana mana. Trust me, saya sudah merasakannya, susahnya melunasi hutang kartu kredit yang menumpuk dan akhirnya gaji habis hanya untuk melunasi hutang kartu kredit dengan bunga yang sangat tinggi.

2. Kartu Kredit = Hutang = Beban???

Tidak selalu kartu kredit itu buruk lho Citra. Oke, memang betul, dan saya pun juga terkadang membelikannya untuk hal yang produktif. Beli barang modal, kulakan dll. Tapi apakah semua orang memiliki logika yang sama?

Jika teman-teman pernah menonton film  atau membaca buku Confession of Shopaholic karangan Shopie Kinsela. Maka ingatan kita akan terbawa pada Rebbeca Bloomwood, jurnalis yang terjebak dengan hutang kartu kredit yang menumpuk. Becky, sebutan bagi tokoh penting disini terus menerus berbelanja dengan kartu kreditnya meskipun dia dalam kondisi yang serba mepet. Berbelanja barang-barang bermerk sudah menjadi kebutuhannya. Sangat mengerikan bukan? Trust me!!! Saya pernah diposisi yang sama dan hingga detik ini masih mencoba menahan diri untuk fokus melunasi hutang konsumtif saya. Termasuk kendaraan, tagihan tagihan kecil hingga rumah, haha. Pusing banget ya, tapi percaya this in not the end of the world, we just need solution. Haha… Apakah ada orang seperti Becky diluar sana? Selalu ada, dan beberapa kali saya menemuinya.  Bahkan terkadang jiwa muda pembelanja saya pun berkata “Beli Cit, kapan lagi nemu yang cocok. Bisa dicicil lagi.

Kartu Kredit memberikan kita kemudahan, dan membuat pikiran psikologis kita menjadi selalu berpikir bahwa kita masih ada uang darurat.  Helo!!! Kartu Kredit bukan uang darurat, itu utang darurat.


3. Think Twice Before You Buy

Anda punya mimpi ingin memiliki uang 1 M tahun depan??? Jangan harap bisa berada di titik itu apabila pengeluaran anda lebih besar dari pendapatan anda. Gaji 3 juta, cicilan motor 1 juta, cicilan HP 1 juta, hidup 1 juta, bayarin pacar jalan 1 juta. Minus 1 juta!!! Di bayarin pake gesek, hehe. Alhasil, pas akhir tahun sadar, lho kok hutang numpuk… Hutang di temen, hutang di kantor, utang di warteg langganan, utang di took kelontong depan kosan, daaaaannnn  dimana mana utang.  Alamaaakkk…

Jadi, sebelum teman teman sekalian semangat untuk berbelanja, coba deh dipikir betul betul, beneran butuh gak sih gue sama yang namanya clutch ini, butuh gak sih sama high heels ini, beneran butuh gak sih gue tiap hari makan di mall, kenapa gak bawa dari rumah aja, kenapa gak ikut catering di tempat Citra aja, (lho malah promosi).  Berpikirlah dua kali, kalau tidak bisa cukup dua kali, berkali kali juga tidak apa apa, yang paling penting lagi, coba deh tiap awal bulan gajian bulan ini ada kebutuhan wajib apa saja, nah itu yang wajib dibelanjakan dulu, jangan yang lain lain.

4. Belajar dari Becky

Becky berbelanja, jalan dan mencari hiburan karena frustasi, Hutang menumpuk membuat dia makin frustasi, belanja lagi. Dan parahnya apa? Prosesi ini sama sekali tidak membuat Becky mengembalikan mood-nya.  Dalam benak saya, bisa ya orang seperti dia, susah sekali di nasehati oleh Suze (teman baik Becky) untuk kembali menyelesaikan hutangnya dan stop kebiasannya konsumtifnya. Bahkan video-video motivasi keuangan tak mempan untuk dia. Dan akhirnya, Becky benar benar berada dalam masa paling kelam, dikejar-kejar debtcollector hingga di kantor dan ketika dia di televisi nasional sebagai financial journalist yang sedang naik daun.

Lalu apa yang dia lakukan? Dia akhirnya berusaha merubah gaya hidupnya, mengobati kecanduan berbelanjanya, dan mencatat setiap pengeluarannya dalam satu hari. Tidak dapat dipercaya, dalam satu hari satu orang yang bekerja di kota sekelas London dan New York sangatlah besar jika di total. Saya yakin, bagi orang Jakarta pun sama. Akan banyak pengeluaran untuk makan siang, cemilan, pulsa, kopi, atau sekedar nongkrong sama teman di sevel. Hehe. Sudahkah kita mencatat pengeluaran kita dalam satu hari? Jangan jangan sama seperti becky.
Tahapan selanjutnya apabila sudah mampu mengendalikan masa “kegelapan kita” adalah keep focus untuk selesaikan hutang, bukan membelanjakan sisa pendapatan kita untuk cicilan yang lain ya. Keep focus selesaikan hutang. Jika sudah mulai pandai berhemat cermat nan bersaja jangan langsung menggebu-menggebu untuk investasi, utamakan dulu bayar hutang.

5. Kencan Keuangan Pribadi



First Step, berikanlah diri anda satu hari atau kapan pun anda butuhkan untuk membuat kencan keuangan pribadi. Lakukan Financial Check Up. Check apakah asset anda jauh lebih besar dibandingkan liabilities, (Aset dikurangi beban). Jika ternyata beban lebih tinggi, mari rubah paradigm kita, hehe. Jika anda tidak ada pendapatan, ya sesegera mungkinlah bekerja. Ingat hukum jangan gengsi kalau sudah kepepet ya. Wajib itu.

Second Step, awal bulan ploting kebutuhan anda, dan bikinlah amplop amplop sesuai kebutuhan anda. Atau dirasa kurang modern, ya bolehlah dipisahkan di rekening berbeda, tetapi mohon diingat ya, konsekuensinya adalah adanya biaya administrasi per bulan lho untuk tabungan di bank. Hehe… Dalam memploting kebutuhan ini, wajib diingat untuk mendahulukan kewajiban. Apa itu? Zakat bagi seorang muslim, atau persepuluhan bagi yang lain. Intinya Pay God First. Lalu berurut ke kewajiban yang lain, seperti hutang dan lain lain.  Jika anda telah berumah tangga, sampaikan ke pasangan, kalau anda sedang dalam masa “penyembuhan” keuangan akut stadium 3, hehe. Kalau 4 terlalu sadis kayaknya ya.

Third Step, lalu buatlah diary keuangan anda tiap hari. Tulislah, sesulit apapun itu hihi. Ini bukan berarti pelit, tapi membantu anda ketika membuat cash flow bulanan, tidak akan terkaget-kaget kok uang aku udah abis aja sih. Kemana perginya??? Oalah ternyata untuk beli keripik tiap hari, hehe.

And the last, tuliskan cash flow bulanan dan kajilah. Kalau kata orang muslim, wajiblah kita berhenti sejenak untuk bermusahabah. Hehe. 

Semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi kita untuk lebih bijak membelanjakan uang dan hutang ya. Ditulis bukan untuk menggurui, tetapi sebagai bahan sharing yang membangun. Kritik dan saran sangat saya apresiasi. Semoga kita sama sama bisa mencapai Financial Freedom, atau yang paling penting sekarang. Menuju Indonesia Bebas Hutang 2017!!!

Bye bye.. Selamat berjumpa ditulisan yang lain. Keep Focus and Pay God First!!!

With Love,


HCK
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar