Perbankan
Syariah
dalam
Kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia
Pendahuluan
Di tengah krisis Eropa yang terus berlanjut, sistem
keuangan syariah terbukti terus tumbuh positif. Dengan pangsa pasar yang masih
4%, peluang perbankan syariah untuk melanjutkan pertumbuhannya masih terbuka
luas. Sistem keuangan syariah pada level global tetap tumbuh meski krisis
membayangi. Business model keuangan syariah yang berorientasi pada sektor
produktif menyebabkan daya tahan yang tinggi terhadap situasi krisis sekalipun.
(Alamsyah,Halim dalam Infobank,Juni 2012 )
Dibalik perkembangan yang menggembirakan
tersebut, ada kekhawatiran bahwa perkembangan yang pesat perbankan syariah
tersebut merupakan rangkaian dari eforia reformasi dan dapat memicu adanya immature booming yang semu tanpa
dilandasi kerangka kelembagaan dan pengaturan yang memadai dari aspek best practices.
Dalam rangka membangun industri perbankan
syariah masa depan yang tangguh maka pengembangan perbankan syariah juga harus
mengikuti langkah-langkah pembangunan kelembagaan dan kegiatan usaha sesuai
dengan pilar-pilar pengembangan yang ditetapkan dalam Arsistektur Perbankan
Indonesia (API).
Kebijakan Bank Indonesia Terhadap
Pengembangan Perbankan Syariah
Pada
saat ini perkembangan bank syariah di Indonesia relatif pesat. Dalam kurun waktu 11 tahun perkembangannya, total aset industri perbankan Syariah telah meningkat
sebesar 81 kali lipat dari Rp 1,79
triliun pada akhir tahun 2000, menjadi sekitar Rp145,5 triliun pada akhir tahun 2011. Laju pertumbuhan aset 33 - 49% per tahun. Posisi Terakhir Juni 2012: BUS+UUS = TA Rp 155,4 Tr / 4,0%
share dan BPRS = TA Rp4,1r / 6,3%
share. Posisi
Indonesia
dalam Pasar Keuangan Global dalam
pertumbuhan industri selama 5 tahun terakhir lebih
tinggi dari pertumbuhan industri keuangan syariah global
(15%-20% p.a)
Dalam konteks pengelolaan
perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan
syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor
riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi
transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas
sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.
Meskipun perbankan
syariah telah menunjukkan tajinya dan terbukti tidak terimbas efek krisis
Eropa. Masih saja ada beberapa hal yang masih harus dibenahi. Selama ini ada
kecenderungan sektor keuangan syariah hanya fokus pada pembiayaan perdagangan
jangka pendek. Oleh karena itu diperlukan penguatan ekonomi yang inklusif.
Ekonomi
yang inklusif dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap jasa keuangan
syariah. Inclusivitas keuangan
syariah dilakukan pada sektor perbankan syariah,pasar modal,asuransi mikro,
kelembagaan syariah terutama Zakat dan Waqaf. Perbankan syariah juga secara
umum terkendala pada minimnya instrumen pengelolaan likuiditas. Padahal
ketersediaan dana ibarat darah dalam diri manusia.
Tantangan lain yang masih menjadi
momok bagi perbankan syariah itu sendiri
adalah SDM. Terbatasnya sumber daya insani bahkan
menyebabkan para pelaku perbankan saling membajak pekerja yang memiliki
keahlian dalam bidang keuangan syariah. Saling mencomot antara bank yang satu
dengan yang lain. Betapapun canggih dan lengkap peralatan, tetap unsur
perbankan sangat penting dikuasai sumber daya insani yang mumpuni. Oleh karena
itu asosiasi perlu memikirkan untuk menjawab tantangan ini secara lebih
sistematis dan terukur serta terarah. Selain itu masih ada beberapa
kendala dan tantangan, antara lain :
·
Bank syariah belum menjadi isu (kepentingan) nasional.
·
Market share bank syariah masih single digit.
·
Peraturan dan
infrastruktur pengawasan yang belum sepenuhnya mengakomodasi kegiatan
operasional bank syariah.
·
Keberadaan
infrastruktur yang belum efisien.
·
Tingkat
integrasi pasar keuangan syariah yang masih rendah.
·
Inovasi dan
positioning produk masih rendah.
·
Pelayanan
perbankan syariah yang belum efisien.
·
Masih terjadi
mispersepsi masyarakat terhadap produk dan layanan perbankan syariah.
·
Belum
tercapainya kesamaan persepsi antar stake-holders (a.l. DSN, BI, IAI dan
pengelola bank syariah) mengenai implementasi prinsip syariah dalam kegiatan
perbankan syariah.
Permasalahan
diatas memerlukan solusi dan dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak
terkait. Tantangan ini sekaligus memberikan peluang untuk berkembang lebih
pesat bagi perbankan syariah di Indonesia, jika tantangan-tantangan tersebut
dapat diatasi dengan solusi yang efisien dan dalam waktu singkat. Oleh karena
itu,bank Indonesia sebagai bank sentral yang mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan perbankan di Indonesia, menaruh perhatian besar terhadap perkembangan
bank syariah di Indonesia. Bank Indonesia memiliki direktorat khusus yang mengkaji
masalah perkembangan dan isu-isu terkini dari perbankan syariah di Indonesia.
Blue print perbankan syariah yang dibuat oleh bank Indonesia mengindikasikan
tujuh pilar pengembangan dalam memajukan perbankan syariah di Indonesia.

Dari 7 pilar pengembangan menunjukan
karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan
dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam
bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan
syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati
oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah
di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Strategi Pengembangan
Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg
meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah
nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih
akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta
strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar
bank. Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai
tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan
syariah, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertama, menerapkan visi baru pengembangan
perbankan syariah pada fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah
sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun
dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan
syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan
pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar
75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar
Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.
Kedua, program pencitraan baru perbankan
syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding.
Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua
belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan
skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika,
teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli
investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah
“bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.
Bank
Indonesia meluncurkan logo iB pada 2 Juli 2007 sebagai logo industri perbankan
syariah di Indonesia. Logo ini diharapkan dapat menjadi identitas bagi industri
perbankan syariah di Indonesia. Tujuan-tujuan lain dari dibentuknya logo ini,
yakni memudahkan masyarakat untuk mengenali layanan syariah di seluruh
Indonesia, memberi keyakinan dan rasa nyaman
bagi masyarakat, karena dengan adanya logo berarti produk dan layanan
bank sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (adil, seimbang, menjaga
kebaikan sosial, beretika), memberi nilai tambah bagi bank. Dengan memasang
logo, berarti telah menjadi bagian dari sistem perbankan syariah Indonesia yang kokoh, teratur, terpadu dan terus berkembang.
Ketiga, program pemetaan baru
secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum
mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank
bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi
masing-masing bank syariah.
Keempat, program pengembangan
produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh
keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan
jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah
dipahami.
Kelima, program peningkatan
kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi
informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan
jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan
Keenam, program sosialisasi
dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana
komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik,
online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan
produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sistem perbankan
syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang
modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk
aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam
konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan
dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini
menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan
sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap
masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
negeri.
Tinjauan
Perbankan Syariah Pasca Cetak Biru
Meskipun secara sistem, perbankan syariah pasca cetak biru telah
menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik, sistem perbankan syariah
sementara ini masih memberikan tingkat return yang lebih rendah kepada nasabah
dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh perbankan konvensional. Hal ini
tentunya perlu dicermati terutama dalam menghadapi era persaingan global dimana
pesaing usaha bukan hanya datang dari industri sejenis, akan tetapi juga dari
industri lainnya yang memiliki kemampuan untuk memberikan jasa sejenis.
Pengembangan sistem perbankan syariah dapat pula menerapkan
strategi ekspansi ‘economies of scale’
dan ‘economies of scope’. Penerapan
strategi ‘economies of scale’
dilakukan secara horisontal dengan meningkatkan cakupan pasar melalui aliansi
strategis dengan mitra usaha domestik maupun internasional. Penerapan strategi economies of scope dapat dilakukan
dengan menambah kelengkapan instrumen transaksi syariah.
Porsi skema pembiayaan bagi hasil dalam transaksi bank syariah
perlu ditingkatkan
Salah satu manfaat yang dapat dirasakan oleh sistem
perekonomian dalam skala yang lebih luas adalah hadirnya konsep bagi hasil
dalam transaksi ekonomi. Namun demikian, sampai saat ini porsi pembiayaan bagi
hasil masih sangat rendah.
Selain itu, untuk mencapai hal tersebut, perbankan syariah
nasional harus mampu beroperasi sesuai dengan norma/standar keuangan syariah
internasional untuk bersaing dalam Pasar Keuangan Syariah Internasional (IIFM).
Penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan syariah juga sangat
diperlukan dalam persaingannya di pasar global. Terutama dalam menyikapi pangsa
pasar yang rasional. Dengan demikian perbankan syariah dapat benar benar
menjadi implementasi Islam yang kaffah dan merupakan rahmatan lil alamin.
InsyaAllah.
Daftar Pustaka
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah//
Ilyas,Nasirwan; Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan
Indonesia,Departemen Perbankan Syariah BI;2012
Rating Bank, Infobank, No 399, Juni
2012.
Suplemen Infobank, Seminar Keuangan
Syariah,Juni 2012
Yuliandri (2009)
dalam http://woow.blogspot.com/2009/10/perbankan-syariah-pasca-api.html//